TUGAS PENDIDIKAN AGAMA HINDU PENGERTIAN CATUR SANAK

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA HINDU PENGERTIAN CATUR SANAK, MAKNA BUDA KLIWON PAGATWAKAN

Tugas Pendidikan Agama Hindu


  1. Sebutkan dan jelaskan sebernya yang dimaksud dengan Catur Sanak, dan jelaskan tugas dan kedudukannya masing-masing terhadap kehidupan manusia sejak lahir sampai meninggal menurut ajaran agama Hindu.

  2. Jelaskan makna "Buda Kliwon Pegatwakan", apa yang dilakukan umat Hindu pada hari tersebut, jelaskan.

  3. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang: Sancita, Prarabda dan Kriyamana karma phala, dan berikan contohnya masing-masing.

  4. Coba anda ceritakan tentang keberadaan pura Mrajapati dan fungsinya.

  5. Jelaskan mengapa umat Hindu beryadnya.


JAWABAN

  1. Catur Sanak berasal dari kata Catur yang berarti empat, dan Sanak artinya keluarga atau saudara. Jadi dapat diartikan Catur Sanak merupakan empat saudara atau perwujudan yang mengikuti kelahiran manusia. Catur Sanak memiliki 2 pengertian. Catur Sanak sebagai empat saudara yang disebut Kanda Pat yang selalu menyertai kita dari sejak dalam kandungan, lahir, hidup dan sampai kita mati. Empat saudara ini senantiasa menjaga kita selama semasa kita hidup dan merekam setiap perbuatan baik dan buruknya roh semasih ada di dunia ini. Catur Sanak juga dapat diartikan sebagai empat perwujudan Dewi Uma yang berawal ketika Beliau telah kembali ke Siwa Loka, maka yang tinggal di dunia yaitu perwujudan beliau dengan segala sifatnya dan menjadi empat tokoh yang juga disebut dengan catur sanak. Dalam Lontar Angastia Prana, disebutkan bahwa Catur Sanak adalah empat saudara sebagai pelindung dan pemelihara secara langsung sang jabang bayi dalam kandungan ibunya serta berfungsi sebagai penolong bayi pada saat lahir. Keempat catur sanak tersebut adalah :

  • Yang paling tua (pertama lahir) yaitu Yeh Nyom atau Air Ketuban

  • Yang kedua adalah getih atau darah

  • Yang ketiga yaitu lamas atau banaspati 

  • Yang keempat yaitu ari-ari atau plasenta

Setelah sang bayi dan Catur Canak sama-sama lahir ke dunia, keduanya mendapatkan perlakuan sekala dan niskala. Sang Catur Sanak pun ikut serta diupacarai. Nama Sang Catur Sanak berubah menjadi seratus delapan kali. Demikianlah sampai sang bayi meningkat dewasa, tua dan sampai meninggal dan  menjadi jasad. Jasad ini kemudian oleh Dewa Brahma dihidupkan kembali dan menjadi empat tokoh yang disebut dengan catur sanak, yakni : 

  • Anggapati menghuni badan manusia dan mahluk lainnya. Ia berwenang mengganggu  manusia yang keadaannya sedang lemah atau dimasuki nafsu angkara murka. 

  • Mrajapati sebagai penghuni kuburan dan perempatan agung. Ia berhak merusak mayat yang ditanam melanggar waktu/dewasa. Juga ia boleh mengganggu orang yang memberikan dewasa yang bertentangan dengan ketentuan upacara. 

  • Banaspati menghuni sungai, batu besar. Ia berwenang mengganggu atau memakan orang yang berjalan ataupun tidur pada waktu-waktu yang dilarang oleh kala. Misalnya tengai tepet (di siang bolong) atau sandikala (sore menjelang malam). 

  • Banaspatiraja sebagai penghuni kayu-kayu besar seperti kepuh, bingin, kepah, dll yang dipandang angker. Dia boleh memakan orang yang menebang kayu atau naik pohon pada waktu yang terlarang oleh dewasa (hari yang baik / buruk menurut kalender Bali).

  1. Perayaan Galungan menjadi momen penting yang secara rutin dilakukan oleh masyarakat Hindu Bali. Dalam setiap pelaksanaannya, Galungan diadakan dengan rangkaian acara yang sangat panjang Rangkaian Hari Raya Galungan sudah dimulai sejak Sabtu Kliwon, Wuku Wariga atau yang dikenal dengan nama Tumpek Wariga. Dan, akhir dari perayan tersebut, jatuh pada Rabu Kliwon, Wuku Pahang yang lebih dikenal dengan nama Buda Kliwon Pegatwakan atau Buda Kliwon Pahang. Buda Kliwon Pegatwakan ini mengandung arti pegat yang artinya putus dan uwakan (uwak) berarti kembali. Buda Kliwon Pegatwakan diartikan hari berakhirnya rangkaian Galungan dan telah berhasil memperoleh pengetahuan melalui proses pengendalian diri yang dilaksanakan selama hari raya. Pada hari suci ini, masyarakat biasanya mengaturkan upacara berupa “Sesayut Dirgayusa” yang tujuannya untuk memohon keselamatan dirinya, masyarakat dan dunia. Selain itu, atribut Hari Raya Galungan dan Kuningan mulai dibersihkan, salah satunya dengan mencabut penjor di depan rumah. Setelah dicabut, atribut penjor seperti bakang-bakang, lamak, sampian, dan sarana lainnya dibakar dan Asapnya akan membungbung ke angkasa. Asap ini diartikan sebagai penyampaian berita ke para dewa di Kahyangan bahwa masyarakat Bali telah usai merayakan kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan).  Sedangkan abunya dimasukkan ke dalam bungkak nyuh (kelapa muda) gading, kemudian ditanam di belakang palinggih Rong Telu yang dimaknai sebagai permohonan kepada Ida Sang Hyang Widi agar diberkati kesuburan hingga rangkaian Hari Raya Galungan selanjutnya tiba dan umat bisa merayakannya dengan meriah. 

  2. Berakar dari dua kata yaitu karma dan phala. Karma berarti "perbuatan", "aksi", dan phala berarti "buah", "hasil". Karmaphala berarti "buah dari perbuatan", baik yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan. Karmaphala terdiri dari 3 jenis yaitu :

  • Sancita Karmaphala

Sancita Karmaphala adalah hasil perbuatan seseorang dalam kehidupan terdahulu yang belum habis pahalanya dinikmati dan masih merupakan sisa yang menentukan kehidupan kita sekarang. Contohnya : Mungkin kita korupsi milyaran rupiah, namun karena sedang berkuasa atau pintar berkelit maka pahalanya belum sempat dinikmati, kelahiran sekaranglah dinikmati hasilnya, misalkan seperti hidup menjadi sengsara atau menjadi perampok sehingga dihukum penjara.

  • Prabdha Karmaphala

Prabdha Karmaphala merupakan hasil perbuatan kita pada kehidupan sekarang yang pahalanya diterima habis dalam kehidupan sekarang juga. Contohnya : - Bila ada mencaci seseorang tanpa alasan jelas, maka anada akan dipukul dan sakit, - Seseorang melakukan kegiatan korupsi , kemudian seseorang tersebut langsung dihukum penjara seumur hidup.

  • Kriyamana Karmaphala

Kriyamana Karmaphala adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikamti pada waktu kehidupan sekarang, namun dinikmati pada waktu kehidupan yang akan datang. Contohnya : Orang yang di masa sekarang hidupnya sederhana namun suka menolong, bertutur bahasa halus, santun dan menjalankan keyakinannya dengan taat di masa yang akan datang dilahirkan kembali dalam keluarga kaya dan terhormat dan memiliki kehidupan yang bahagia.

  1. Pura Prajapati (Mrajapati; "Mraja Pati" atau Rajapati) adalah tempat suci pemujaan kepada Sanghyang Widhi dalam prabawaNya sebagai "Prajapati" dan juga Dewi Durga yang terletak di hulun setra. Saat roh masih dalam status Preta yang keluarganya belum menyelenggara upacara ngaben maka roh yang disebut Preta itulah yang distanakan di Pura Prajapati sebagaimana yang disebutkan dalam kutipan artikel Parisada Hindu Dharma Indonesia, Pura Jenggala Hulu Prajapati di Bali. Saat roh masih dalam status Preta yang keluarganya belum menyelenggara upacara ngaben maka roh yang disebut Preta itulah yang distanakan di Pura Prajapati sebagaimana yang disebutkan dalam kutipan artikel Parisada Hindu Dharma Indonesia, Pura Jenggala Hulu Prajapati di Bali. Disebutkan pula bahwa, Pura Mrajapati sebagai tempat pemujaan alam kosmis yang sangat erat kaitannya dengan pura dalem dan setra sehingga untuk menetralisir kekuatan positif dan negatif yang ditimbulkan oleh praktik-praktik ajian Durga tersebut dilakukan dengan aktivitas ritual dan persembahan sebagai bentuk yadnya di pura dalem sebagai stana dewa siwa yang bertujuan untuk mendapatkan kerahayuan dan terhindar dari pengaruh negatif dua kekuatan tersebut, yakni mrajapati dan setra.

  2. Yadnya yang dilakukan oleh umat Hindu didasarkan atas keyakinan adanya Tri Rna yaitu Tiga Hutang manusia dalam hidup di dunia ini, yang terbagi menjadi Dewa Rna adalah hutang jiwa pada Tuhan dan segala anugrahnya, melalui kita sebagai umatnya jika rajin sembahyang dan berdoa dengan ikhlas akan membayar hutang tersebut.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "TUGAS PENDIDIKAN AGAMA HINDU PENGERTIAN CATUR SANAK"

Post a Comment